top of page

Persiapan Menjadi Seorang Ayah

Gambar penulis: Firman Ramdhani, M.Psi., PsikologFirman Ramdhani, M.Psi., Psikolog

Diperbarui: 14 Des 2021

Sebagai seorang kepala rumah tangga, sosok suami diharapkan dapat menjadi pemimpin yang dapat menaungi semua anggota keluarganya. Tidak hanya bekerja untuk memenuhi nafkah keluarga, peran suami dan seorang ayah jauh lebih besar dari itu. Mereka harus paham betul apa yang akan dihadapi oleh keluarganya dan tetap tenang dalam mengambil keputusan, sehingga dapat menyelesaikan masalah dengan kepala yang jernih.


Salah satu momen yang sangat krusial bagi seorang suami adalah ketika keluarga kecilnya kedatangan anggota baru, yaitu seorang bayi. Sosok suami yang sekarang bertransformasi menjadi seorang ayah perlu mempersiapkan banyak hal, diantaranya adalah pengetahuan mengenai bagaimana mengasuh bayi. Hal ini menjadi penting, karena banyak seminar mengenai pengasuhan didominasi oleh ibu atau calon ibu. Berbagai hal perlu dipelajari oleh calon ayah, mulai dari pentingnya ASI (Air Susu Ibu) dan proses menyusuinya, makanan pendamping ASI, bagaimana menstimulasi bayi, bagaimana membuat bayi nyaman dengan pijatan, termasuk perawatan sehari-hari, seperti mandi, tidur dan berbagai hal lainnya.




Seorang Ayah juga dapat mengalami apa yang kita kenal dengan Baby Blues atau pada ayah biasa disebut Daddy Blues. Gejalanya kurang lebih serupa dengan Baby Blues yang dialami oleh ibu, yaitu mood negatif yang dirasakan setelah istri melahirkan. Kesulitan beradaptasi, akibat perubahan peran dan minimnya persiapan dapat memicu gejala ini. Seperti sebuah siklus, mood negatif dari ayah akan mempengaruhi ibu dan juga si bayi, yang nantinya membuat mood ayah semakin negatif. Jadi jangan diremehkan ya dads..!!!


Misalnya saja, persiapan yang matang akan membuat ayah paham bahwa menyusui sangat penting untuk kesehatan fisik dan psikologis, tidak hanya untuk bayi tapi juga untuk ibunya. Dengan itu memahami hal tersebut, ayah akan berdiri di barisan terdepan sebagai supporter yang membantu, menjaga, dan menyemangati sang istri untuk bisa menyusui langsung.


Ayah dapat meringankan beban dengan membantu berbagai tugas rumah tangga dan menyiapkan segala kebutuhan istrinya. Perhatian dari ayah, sangat berarti untuk istri, sehingga dapat membuatnya lebih nyaman dan bahagia. Ayah juga dapat belajar teknik pijatan yang dapat merangsang hormon oksitosin yang nantinya dapat memperlancar menyusui. Lebih jauh, ayah juga dapat berperan sebagai “pagar” agar ibu bisa menghadapi berbagai situasi yang mungkin akan membuatnya merasa tertekan. Ingat, kondisi psikologis seorang ibu akan sangat mempengaruhi ASInya.


Beranjak dari proses menyusui, ayah dapat terlibat lebih jauh dalam mengasuh si bayi. Ayah dapat terlibat dalam berbagai aktivitas yang bisa menstimulasi bayi, semisal bermain bersama, cerita dongeng, atau bernyanyi. Ayah perlu membiasakan diri untuk luwes dalam berinteraksi dengan bayi. Tidak segan untuk memeluk, menggendong dan mencium si bayi. Salah satu penelitian menyebutkan, bagian otak untuk memindai wajah pada bayi usia 4 bulan sudah seadvance orang dewasa. Jadi, jangan sampai jarang muncul, sehingga “tidak dikenali” oleh bayi kita ya dads.


Berbagai pengetahuan tersebut tidak akan lengkap tanpa keterampilan kontrol emosi yang mumpuni. Bisa saja apa yang sudah pelajari terlupakan karena ayah terlalu tenggelam dalam emosinya. Misalnya, ketika anak menangis, ayah justru malah emosi dan memarahinya. Hanya karena ayah berpikir kerjaannya akan terganggu. Atau ketika istri merasa kelelahan dan terlihat sedih, suami justru acuh tidak memberikan perhatian karena sedang stress menghadapi tekanan di kantor. Oleh karena itu, ayah perlu ikut berbagai edukasi mengenai stress manajemen, termasuk juga keterampilan praktis seperti manajemen waktu. Sehingga ayah punya banyak amunisi untuk bisa menghadapi tantangan dalam pengasuhan.


Tidak mudah pastinya untuk menjadi seorang suami dan juga ayah. Banyak hal yang mungkin luput dari perhatian kita sebelum menikah. Ayah bisa membayangkan ketika di kantor, sosok pemimpin seperti apa yang ideal untuk kita. Kurang lebih seperti itu pula kita harus bisa berperan di rumah tangga kita. Semangat belajar ya dads..!!


Oleh Firman Ramdhani, M.Psi., Psikolog

25 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


Kontak

Email: mindinstitute.id@gmail.com

Whatsapp: 0859-2815-6555

  • LinkedIn
  • Facebook
  • Spotify
  • YouTube
  • Instagram
Logo_Black.png

Dulu bernama Mind and Brain Indonesia yang berdiri sejak tahun 2018 dan fokus membangun untuk menjadi tim Cognitive Behavioral Therapist pertama di Indonesia.

© 2022 Mind Institute

bottom of page