top of page

Kepribadian Narsisistik: Normal ke Abnormal

Diperbarui: 14 Des 2023

Informasi di artikel ini hanya sebatas edukasi. Mohon memahaminya dengan bijak dengan tidak mendiagnosis diri maupun orang lain.


Apa itu Kepribadian Narsisistik?

Ada beberapa teori yang membahas tipe-tipe kepribadian narsisistik atau narsisisme. Namun, agar lebih terfokus, tulisan ini akan lebih banyak merujuk pada teori dari Dr. Theodore Millon. Millon adalah seorang psikolog dari Amerika Serikat yang berfokus pada studi tentang gangguan kepribadian. Mengutip dari Disorders of Personality (Millon, 2011), individu dengan narsisisme cenderung melebih-lebihkan keberhargaan dirinya (overvalue their personal worth), mengarahkan afeksi/rasa suka ke diri sendiri, serta mengekspektasikan orang lain untuk memenuhi kebutuhan untuk dipandang lebih tinggi/superior dan menganugerahi perlakuan spesial bagi dirinya.


Untuk memperluas wawasan, mari kita juga sedikit mengulas narsisisme dari perspektif teori atau tokoh lainnya:

1) Dark Triad Personality

Terdapat tiga tipe kepribadian menurut teori Dark Triad personality, yaitu narcissism (narsisisme), psychopathy, dan Machiavellianism (Jones & Paulhus, 2011; Paulhus & Williams, 2002). Narsisisme menurut teori ini dicirikan dengan kemulukan atau perasaan superioritas (grandiosity), egosentrisme, dan merasa memiliki hak istimewa (privilege) untuk diperlakukan secara spesial. Narsisisme berbeda dengan psychopathy (kejam, kurang berempati, impulsif, dan melakukan perilaku kriminal) dan Machiavellianism (manipulatif secara strategis) (Jones & Paulhus, 2011). Meskipun demikian, tiga tipe kepribadian ini saling berhubungan satu sama lain (Paulhus & Williams, 2002). Contoh karakteristik yang menjadi kesamaan dari narsisisme, psychopathy, dan Machiavellianism adalah disagreeableness (memusuhi orang lain, egois).


2) Grandiose Narcissism & Vulnerable Narcissism

Menurut Miller et al. (2011), terdapat dua dimensi yang berbeda dari narsisisme. Dimensi pertama adalah grandiose narcissism, yaitu merasa dominan, lebih tinggi dibandingkan orang lain (immodesty), egois/hanya tertarik dengan diri sendiri, kurang berempati, dan manipulatif. Di sisi lain, orang dengan vulnerable narcissism relatif defensif serta memiliki kemulukan yang sebenarnya insecure/tidak stabil untuk menutupi diri yang dianggap tidak mampu dan perasaan negatif (kecemasan, rasa malu/shame) (Miller et al., 2011; Weiss & Miller, 2018).

Baik grandiose dan vulnerable narcissism memiliki kesamaan, yakni cenderung bermusuhan/antagonis dengan orang lain dan merasa dirinya perlu diperlakukan secara spesial (Miller et al., 2011). Akan tetapi, pada vulnerable narcissism, sifat antagonisnya dipengaruhi oleh ketidakpercayaan terhadap orang lain. Karenanya, mereka juga relatif mengisolasi diri secara sosial. Sedangkan, orang dengan grandiose narcissism disebabkan oleh kebutuhan untuk memiliki status dan dominansi. Kemudian, pada orang dengan vulnerable narcissism, kebutuhan untuk diperlakukan secara spesial dipengaruhi oleh anggapan diri sebagai seseorang yang rapuh. Sebaliknya, pada grandiose narcissism, kebutuhan tersebut didasari oleh penilaian bahwa diri adalah orang yang lebih baik dibandingkan yang lainnya (misal: lebih cerdas, lebih menarik secara fisik).


Spektrum Normal-Abnormal Kepribadian Narsisistik

Menurut teori dari Millon (2011), kepribadian sebenarnya berada dalam spektrum normal-abnormal—termasuk kepribadian narsisistik. Dengan kata lain, ada narsisisme yang masih bisa kita anggap “normal” atau sebagai gaya/style kepribadian. Lalu, ada pula tipe kepribadian narsisistik yang “abnormal” dan “gangguan”.


Sebelumnya, memang agak sulit untuk membedakan secara gamblang mana narsisisme yang normal dan sudah abnormal. Jika disederhanakan, orang dengan kepribadian narsisistik yang normal cenderung memiliki kepercayaan diri (self-confidence). Tentu, sifat tersebut sebenarnya adaptif dibandingkan memiliki kepercayaan diri yang rendah (misal: menganggap diri tidak mampu dan berdaya, lebih rendah dibandingkan orang lain) (Millon et al., 2004). Terlebih, kepercayaan diri yang sehat dibutuhkan oleh profesi tertentu, seperti yang menampilkan performa di hadapan orang lain (misal: selebriti, influencer, atlet) atau seorang pemimpin/leader. Akan tetapi, kepercayaan diri yang berlebihan dan tidak realistis (misal: merasa mampu melakukan apa pun) juga dapat merugikan (Millon et al., 2004). Selain itu, yang membedakan lainnya adalah ditemukannya kemampuan bersosialisasi yang positif (misal: berempati, mengakui kesalahan) pada orang dengan kepribadian narsisistik yang normal.


Berikut ini adalah variasi kepribadian narsisistik “normal”, “abnormal”, dan “gangguan” menurut Millon et al. (2004) dan Millon (2011) dengan sebagian contoh sifat/karakteristiknya. Menariknya pula, beberapa variasi juga memiliki kombinasi dengan kepribadian lainnya.


1) Resourcefully Confident/Self-Confident Personality Style (Mild Normal)

Orang dengan self-confident style memiliki kepercayaan diri yang tinggi, melihat diri sebagai sosok yang spesial, atau bahkan ditakdirkan untuk melakukan hal yang besar. Kepercayaan diri (melihat diri sebagai seseorang yang mampu) sesuai dengan pencapaian yang mereka miliki sebenarnya. Mereka juga visioner, ambisius, optimis, energik, antusias, dan dapat menikmati dinamika kehidupan yang naik-turun. Selain itu, mereka cenderung mampu mengarahkan atau mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Keputusan tersebut berdasarkan pandangan, ide, dan keyakinan yang imajinatif dan unik tentang dunia, dibandingkan mengikuti pihak otoritas atau anggapan orang pada umumnya.


2) Masterly Confident/Asserting Personality Style (Mild Normal)

Asserting style memiliki karakteristik seperti kompetitif dan percaya diri (yang berakar dari keyakinan akan kecerdasan atau talentanya yang kuat). Orang dengan gaya kepribadian ini juga bekerja keras, ambisius, praktikal, dan mengedepankan logika. Selain itu, mereka mampu mengambil tanggung jawab dan keputusan dengan tegas. Mereka juga berani mengambil risiko, persuasif, dan membuat orang lain terpersona. Oleh karenanya, mereka secara natural mengambil peran sebagai pemimpin, yang juga mampu mengorganisasi timnya dengan efisien dan efektif. Kemudian, orang lain melihat mereka sebagai orang yang dapat diandalkan dan dihormati. Akan tetapi, terkadang mereka jadi merasa memiliki hak untuk diperlakukan secara spesial.


3) Elitist Egotistic Personality Type (Moderate Abnormal)

Tipe ini adalah tipe kepribadian narsisistik yang “murni”. Mereka memang percaya diri, namun pandangan dirinya cenderung terlalu positif dibandingkan diri mereka yang sebenarnya. Orang dengan elitist type yakin bahwa dirinya sangat berharga, meskipun kenyataannya tidak memiliki pencapaian yang signifikan. Untuk menunjukkan diri sebagai seseorang yang superior, mereka membuat “topeng” (yang berbeda dengan diri yang sebenarnya); mempersuasi orang lain bahwa ia spesial (dibandingkan berusaha nyata untuk mengembangkan diri); dan mengafiliasikan diri dengan orang-orang yang memiliki pencapaian yang nyata untuk meningkatkan status. Mereka juga berambisi untuk menjadi “nomor 1” dan terlihat mengagumkan dengan memamerkan diri dan pencapaiannya (baik yang nyata maupun yang dibuat-buat).


4) Exploitative Egotist/Amorous Personality Type (Moderate Abnormal)

Amorous personality adalah tipe kepribadian narsisistik dengan kombinasi kepribadian histrionik. Orang dengan tipe kepribadian ini kerap melibatkan diri pada “permainan aktivitas seksual” dan melakukan eksploitasi seksual untuk membangun keberhargaan diri. Mereka mampu untuk menggoda orang yang naif untuk memenuhi nafsu seksualnya, namun tidak tertarik untuk membangun kedekatan yang tulus dan komitmen. Lebih lanjut, mereka terobsesi untuk menunjukkan bahwa mereka orang yang menarik dan cakap secara seksual. Jika disalahkan, mereka akan menilai kritik itu datang dari orang yang iri dan rendahan. Terutama pula, mereka cenderung menunjukkan “body narcissism” dengan sangat memperhatikan penampilan fisik, pakaian, atau atribut fisik lainnya.


5) Unprincipled Narcissistic Personality Disorder (Severe Clinical)

Unprincipled narcissistic adalah kombinasi kepribadian narsisistik dan antisosial. Perilaku orang dengan kepribadian ini memiliki keberhargaan diri yang arogan, oportunis, dan tidak mempedulikan kesejahteraan orang lain. Kesenangan didapatkan dari mampu mempermalukan, mendominasi, dan menipu orang lain tanpa perasaan bersalah. Mereka juga memperalat orang lain untuk mencapai kepentingan pribadi. Banyak orang dengan kepribadian ini yang mendapatkan kesuksesan dari mengeksploitasi batasan hukum (misal: mencuri, melakukan penipuan). Oleh karenanya, mereka dinilai orang lain sebagai sosok yang tidak bermoral dan kerap kali berakhir di penjara atau tempat rehabilitasi.


6) Compensatory Narcissistic Personality Disorder (Severe Clinical)

Variasi compensatory narcissistic agak berbeda dengan yang lainnya. Sebab, perilaku narsisistiknya berakar dari perasaan tidak aman (insecurity) dan kerentanan dibandingkan kepercayaan diri yang sebenarnya. Kepribadian ini rentan berkembang akibat pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan. Sebagai bentuk kompensasi pengalaman masa lalunya, ia membentuk ilusi akan superioritas dan keberhargaan diri yang tinggi. Tujuan hidup mereka menjadi sebatas untuk mencari status dan pengakuan yang semu. Mereka berupaya secara berlebihan untuk membuktikan keberhasilan mereka (misal: menghitung kembali pengalaman kesuksesan, memajang setiap sertifikat dan piagam yang dimiliki tanpa mempedulikan seberapa signifikannya) dan seakan-akan “menyembah” dirinya sendiri. Mereka juga sangat sensitif dengan kritik seperti kepribadian avoidant—namun perbedaannya adalah mereka menutupi perasaan inferioritas dengan mengembangkan superioritas.


Narcissistic Personality Disorder (NPD)

Narcissistic Personality Disorder (NPD) juga merupakan salah satu diagnosis gangguan kepribadian menurut DSM-5 (2013). NPD ditandai dengan pola kemulukan (dalam bentuk fantasi atau perilaku), memiliki kebutuhan untuk dikagumi, dan kurangnya kemampuan empati yang muncul sejak usia dewasa awal dan berbagai konteks situasi.


Gejala
  1. Memiliki perasaan superioritas/kemulukan (misal: melebih-lebihkan pencapaian atau talenta, memiliki ekspektasi untuk dilihat sebagai sosok yang superior tanpa pencapaian yang sesungguhnya)

  2. Terlalu berfokus pada fantasi akan kesuksesan, kekuasaan, kecerdasan, kecantikan, atau cinta yang ideal.

  3. Mempercayai bahwa diri adalah orang yang spesial, unik, dan hanya bisa dipahami atau bergaul dengan orang yang juga spesial atau memiliki status yang tinggi.

  4. Memiliki kebutuhan untuk dikagumi secara berlebihan.

  5. Merasa memiliki hal untuk diperlakukan secara khusus/spesial.

  6. Mengeksploitasi atau memanfaatkan orang lain untuk memenuhi tujuan/kepentingannya.

  7. Kurang mampu berempati, tidak memiliki keinginan untuk mengenali perasaan dan kebutuhan orang lain.

  8. Sering kali iri dengan orang lain atau mempercayai bahwa orang lain iri dengannya.

  9. Menunjukkan sikap dan perilaku yang arogan.


Penanganan (Treatment)

Individu dengan NPD biasanya datang ke sesi terapi bukan karena keinginannya sendiri dan karena terancam oleh sesuatu hal (misal: mendapatkan sanksi/hukuman atau berisiko dipecat karena perilaku yang bermasalah). Memang penanganan NPD sangat menantang, namun terapi seperti CBT (Cognitive Behavioral Therapy) dapat membantu (Behary & Davis, 2015). Lebih lanjut, berikut adalah contoh tujuan terapi CBT untuk NPD, yaitu: (1) mengenali pola perilaku, berpikir, dan emosi yang maladaptif dan melemahkannya; (2) melatih kemampuan regulasi emosi, dan (3) meningkatkan kemampuan berempati, menghormati orang lain, dan menunda gratifikasi sosial.


Faktor Berkembangnya Kepribadian Narsisistik

Sama halnya dengan kepribadian lainnya, terdapat faktor-faktor yang saling berinteraksi dan membuat kepribadian narsisistik berkembang pada seorang individu (Behary & Davis, 2015; Luo & Cai, 2018; Millon et al., 2011; Thomaes & Brummelman, 2018). Beberapa di antaranya adalah:

  1. Biologis, seperti genetik.

  2. Pengalaman masa lalu, seperti pengalaman kekerasan atau penelantaran.

  3. Sikap dalam pengasuhan yang terlalu melebih-lebihkan keberhargaan diri anak, memperlakukan anak lebih spesial dibandingkan anak lainnya. Atau memberikan pujian jika anak memiliki pencapaian yang sangat luar biasa.

  4. Budaya yang menekankan nilai-nilai individualistik.


Oleh: Raissa Fatikha, S.Psi.



Ikuti juga webinar hari Jumat, 15 Desember 2023 mendatang di Live YouTube Mind Institute yang akan membahas lebih dalam mengenai kepribadian narsisistik!



Referensi

  • American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). https://doi.org/doi.org/10.1176/appi.books.9780890425596

  • Behary, W. T., & Davis, D. D. (2014). Narcissistic personality disorder. In A. T. Beck, D. D. Davis, & A. Freeman (Eds.), Cognitive therapy of personality disorders (3rd ed., pp. 299–324). Guilford Press.

  • Paulhus, D. L., & Williams, K. M. (2002). The Dark Triad of personality: Narcissism, Machiavellianism and psychopathy. 36, 556–563.

  • Jones, D. N., & Paulhus, D. L. (2012). Differentiating the dark triad Within the interpersonal circumplex. In L. M. Horowitz & S. Strack (Eds.), Handbook of Interpersonal Psychology: Theory, Research, Assessment, and Therapeutic Interventions (pp. 249–267). Wiley & Sons. https://doi.org/10.1002/9781118001868.ch15

  • Luo, Y. L. L., & Chai, H. (2018). The etiology of narcissism: A review of behavioral genetic studies. In Handbook of trait narcissism: Key advances, research methods, and controversies (pp. 149–156). Springer International Publishing.

  • Miller, J. D., Hoffman, B. J., Gaughan, E. T., Gentile, B., Maples, J., & Keith Campbell, W. (2011). Grandiose and vulnerable narcissism: A nomological network analysis. Journal of Personality, 79(5), 1013–1042. https://doi.org/10.1111/j.1467-6494.2010.00711.x

  • Millon, T. (2011). Disorders of personality: Introducing a DSM/ICD spectrum from normal to abnormal (3rd ed.). John Wiley & Sons.

  • Millon, T., Grossman, S., Millon, C., Meagher, S., & Ramnath, R. (2004). Personality disroders in modern life. John Wiley & Sons.

  • Thomaes, S., & Brummelman, E. (2018). Parents’ socialization of narcissism in children. In A. D. Hermann, A. B. Brunell, & J. D. Foster (Eds.), Handbook of trait narcissism: Key advances, research methods, and controversies (pp. 143–148). Springer International Publishing.

  • Weiss, B., & Miller, J. D. (2018). Distinguishing between grandiose narcissism, vulnerable narcissism, and narcissistic personality disorder. In A. D. Herman, A. B. Brunell, & J. D. Foster (Eds.), Handbook of trait narcissism: Key advances, research methods, and controversies (pp. 3–14). Springer International Publishing.


Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page