top of page

Mengenal Generalized Anxiety Disorder (GAD)

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali menghadapi situasi-situasi yang menimbulkan kecemasan, seperti interaksi sosial, pekerjaan, kesehatan, keuangan, dan berbagai situasi lainnya. Akan tetapi, perasaan cemas tersebut akan dialami secara sangat berbeda oleh individu yang mengalami Generalized Anxiety Disorder (GAD), atau jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi gangguan kecemasan umum. Menurut buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), GAD merupakan salah satu gangguan psikologis yang termasuk ke dalam kategori kecemasan (anxiety disorder) yang mencakup kecemasan dan kekhawatiran (worry/worriness) terhadap situasi sehari-hari secara berlebihan dan sulit untuk dikendalikan.


Gejala Generalized Anxiety Disorder (GAD)

Berikut ini merupakan beberapa gejala dari GAD. Jika Anda merasa memiliki beberapa gejala yang disebutkan di bawah, disarankan untuk berkonsultasi kepada psikolog atau psikiater sebagai ahli/profesional kesehatan mental yang berkapasitas untuk menegakkan diagnosis gangguan psikologis dan memberikan penanganan yang tepat. Dimohon untuk tidak mendiagnosis diri sendiri (self-diagnose).


Gejala GAD (DSM-5, 2013):

  1. Memiliki perasaan cemas dan worry yang berlebihan mengenai kejadian atau aktivitas sehari-hari.

  2. Sulit untuk mengendalikan kecemasan dan worriness yang dirasakan.

  3. Adanya kegelisahan.

  4. Mudah lelah.

  5. Sulit untuk berkonsentrasi.

  6. Mudah tersinggung atau lekas marah.

  7. Adanya ketegangan pada otot.

  8. Adanya gangguan tidur, seperti kesulitan untuk tertidur, mempertahankan tidur, atau ketidakpuasan terhadap tidur.

  9. Kecemasan, worriness, dan gejala fisik yang dirasakan menyebabkan gangguan pada keberfungsian hidup sehari-hari.


Perbedaan GAD dengan Perasaan Cemas Sehari-hari

GAD memiliki perbedaan dengan kecemasan biasa dalam kehidupan sehari-hari yang tidak bersifat gangguan (nonpatologis), yaitu:

  1. Cemas dan worry yang dirasakan sangat berlebihan dan secara signifikan berdampak negatif terhadap keberfungsian sehari-hari individu. Sebagai contoh, individu dengan GAD akan bersikap mudah lelah dan lekas tersinggung sehingga dirinya memiliki kesulitan untuk memiliki interaksi sosial yang baik dengan teman ataupun keluarga.

  2. Disertai oleh minimal tiga gejala-gejala fisik (nomor 3 hingga 8).

  3. Bersifat lebih pervasif, menekan, dan memiliki durasi yang lebih lama (berlangsung selama 6 bulan).


Perbedaan GAD dengan Gangguan Kecemasan Lainnya

Diagnosis GAD tidak ditegakkan kepada individu yang memiliki kecemasan yang didorong oleh gangguan psikologis lain, misalnya seseorang dengan claustrophobia yang hanya merasa cemas saat berada di kondisi ruang tertutup. Jangkauan kecemasan dan worry individu yang memiliki GAD dapat berkisar terhadap beberapa kejadian atau aktivitas sehari-hari, seperti kondisi keuangan, performa kerja, kesehatan, dan lain-lain.


Komorbiditas

Individu dengan GAD juga dapat memiliki diagnosis gangguan psikologis lainnya (Alegría et al., 2010; Clark & Beck, 2011; DSM-5, 2013; Mash & Wolfe, 2015; Shah et al., 2023), seperti:

  1. Gangguan depresi.

  2. Gangguan kecemasan akan perpisahan (separation anxiety disorder).

  3. Gangguan kecemasan sosial (social anxiety disorder).

  4. Gangguan panik (panic disorder).

  5. Gangguan fobia spesifik (specific phobias).

  6. Gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder).

  7. Gangguan kepribadian menghindar (avoidant personality disorder).

  8. Gangguan penggunaan zat (substance use disorder).


Fitur Pikiran/Kepercayaan dan Cara Berpikir yang Khas

Salah satu ciri khas dari GAD adalah worrying, yaitu kecenderungan individu untuk terus-menerus berpikir mengenai permasalahan yang akan terjadi tanpa berusaha untuk mengatasi permasalahan tersebut (Kring & Johnson, 2018; Matthews, 1990, dalam Clark & Beck, 2011). Beberapa di antara kita mungkin lebih mengenal konsep tersebut dengan sebutan overthinking. Di sisi lain, mereka juga memiliki pemikiran yang berlebihan mengenai dampak negatif yang akan mereka terima dari berbagai permasalahan yang terjadi dalam hidupnya. Cara berpikir yang terdistorsi tersebut disebut dengan catastrophizing thinking, yakni membuat prediksi terhadap situasi masa depan secara negatif tanpa mempertimbangkan hal-hal lain yang lebih mungkin terjadi (Beck, 2011). Lebih lanjut, individu dengan GAD memiliki pemikiran yang berlebihan mengenai “bagaimana jika” atau “what if” pada berbagai aspek kehidupannya (Westbrook et al., 2011). Contohnya, “Bagaimana jika saya tidak bisa menjawab pertanyaan dosen?”,Bagaimana jika orang tua saya jatuh sakit?”, atau “Bagaimana jika ada resesi ekonomi dan saya jatuh bangkrut?”.


Lebih lanjut, individu dengan GAD memiliki pikiran/kepercayaan dan cara berpikir yang kaku dan khas mengenai diri sendiri, orang lain, dan masa depan. Sebagai contoh, individu dengan GAD sering kali memiliki anggapan bahwa dirinya tidak mampu untuk mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi di hidupnya. Mereka menilai diri sendiri sebagai individu tidak berdaya untuk mengendalikan berbagai permasalahan hidup serta dampak-dampak yang mungkin ditimbulkan (Clark & Beck, 2011). Tidak hanya itu, individu dengan GAD juga memiliki toleransi yang rendah terhadap ambiguitas/ketidakpastian (intolerance of uncertainty).


Karena kesulitannya dalam menghadapi worrying, individu dengan GAD menjadi tidak nyaman untuk merasakan worry. Hal tersebut dikenal dengan sebutan worry about worry. Lebih lanjut, individu tidak hanya worry terhadap permasalahan yang sedang dihadapi, tetapi juga merasa worry tentang fakta bahwa mereka merasa worry. Karena worry tersebut dianggap sebagai suatu hal yang tidak menyenangkan, individu akan berusaha untuk menekan dan menghindari worry yang mereka alami (Clark & Beck, 2011). Sayangnya, hal tersebut justru semakin memperparah worry yang mereka alami.


Pikiran/kepercayaan dan cara berpikir yang kaku menyebabkan individu dengan GAD memiliki pola perilaku yang bersifat maladaptif atau mengganggu keberfungsiannya sehari-hari. Sebagai contoh, individu dengan GAD yang sangat cemas bahwa performa kerjanya dinilai buruk akan overworking agar pekerjaannya selalu sempurna atau justru menunda-nunda pekerjaannya (prokrastinasi). Selain itu, cara berpikir tersebut juga menghalangi individu dengan GAD untuk dapat memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik.


Penanganan (Treatment)

Penanganan GAD dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu dengan menggunakan obat-obatan (farmakoterapi) maupun psikoterapi (nonfarmakologis).


  • Farmakoterapi

GAD dapat ditangani dengan beberapa jenis obat-obatan seperti selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) dan serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs). Obat-obatan lainnya yang juga digunakan untuk menangani GAD adalah benzodiazepine, buspirone, dan pregabalin (Reinhold & Rickels, 2015; Strawn et al., 2018). Obat-obatan yang digunakan untuk menangani dan mengurangi kecemasan tergolong ke dalam obat ansiolitik (anxiolytics).

  • Psikoterapi

Penanganan GAD juga dapat dilakukan melalui teknik Cognitive Behavioral Therapy (CBT). CBT bertujuan untuk mengidentifikasi dan modifikasi kepercayaan dan pola berpikir klien yang kaku serta tingkah laku klien yang bersifat maladaptif. Selain itu, salah satu bentuk strategi pada CBT adalah membantu klien agar lebih dapat bersikap toleran terhadap situasi yang bersifat ambigu/tidak pasti, seperti dengan melatih klien untuk memusatkan pikiran terhadap situasi masa kini, mengedukasi klien mengenai teknik-teknik relaksasi dan mindfulness yang dapat diterapkan saat kecemasan hadir, membayangkan sumber kecemasan, menetapkan batasan waktu bagi klien untuk dapat merasa worry, dan lain-lain (Afshari et al., 2022; Beck, 2011; Kring & Johnson, 2018; Solem et al., 2021; Westbrook et al., 2011).



Oleh Dimas Faturamadhan


Referensi

  • Afshari, B., Jafarian Dehkordi, F., Asgharnejad Farid, A. A., Aramfar, B., Balagabri, Z., Mohebi, M., ... & Amiri, P. (2022). Study of the effects of cognitive behavioral therapy versus dialectical behavior therapy on executive function and reduction of symptoms in generalized anxiety disorder. Trends in psychiatry and psychotherapy, 44, e20200156. https://doi.org/10.47626/2237-6089-2020-0156

  • Alegría, A. A., Hasin, D. S., Nunes, E. V., Liu, S. M., Davies, C., Grant, B. F., & Blanco, C. (2010). Comorbidity of generalized anxiety disorder and substance use disorders: results from the National Epidemiologic Survey on Alcohol and Related Conditions. The Journal of clinical psychiatry, 71(9), 3391.

  • American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). https://doi.org/doi.org/10.1176/appi.books.9780890425596

  • Beck, J. S. (2011). Cognitive behavior therapy: Basics and beyond (2nd. Ed.). The Guilford Press.

  • Clark, D. A., & Beck, A. T. (2011). Cognitive therapy of anxiety disorders: Science and practice. Guilford Press.

  • Kring, A. M., Johnson, S. (2018). Abnormal psychology: The science and treatment of psychological disorders (14th ed.). Wiley.

  • Mash, E. J., & Wolfe, D. A. (2015). Abnormal child psychology (6th ed.). Cengage Learning.

  • Reinhold, J. A., & Rickels, K. (2015). Pharmacological treatment for generalized anxiety disorder in adults: an update. Expert opinion on pharmacotherapy, 16(11), 1669-1681. https://doi.org/10.1517/14656566.2015.1059424

  • Shah, A. Q., Prasad, D., Caropreso, L., Frey, B. N., & de Azevedo Cardoso, T. (2023). The comorbidity between Borderline Personality Disorder (BPD) and Generalized Anxiety Disorder (GAD): A systematic review and meta-analysis. Journal of Psychiatric Research. https://doi.org/10.1016/j.jpsychires.2023.06.009

  • Solem, S., Wells, A., Kennair, L. E. O., Hagen, R., Nordahl, H., & Hjemdal, O. (2021). Metacognitive therapy versus cognitive–behavioral therapy in adults with generalized anxiety disorder: A 9‐year follow‐up study. Brain and Behavior, 11(10), e2358. https://doi.org/10.1002/brb3.2358

  • Strawn, J. R., Geracioti, L., Rajdev, N., Clemenza, K., & Levine, A. (2018). Pharmacotherapy for generalized anxiety disorder in adult and pediatric patients: an evidence-based treatment review. Expert opinion on pharmacotherapy, 19(10), 1057-1070. https://doi.org/10.1080/14656566.2018.1491966

  • Westbrook, D., Kennerley, H., & Kirk, J. (2011). An introduction to cognitive behavior therapy skills and application (2nd ed.). SAGE Publications Ltd.


74 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page