top of page

Pikiran dan Otak – Mind and Brain

Manusia, objek penelitian yang paling menarik dan sangat misterius. Dari sekian banyak hal yang diteliti, otak merupakan salah satu organ yang sedang hype. Penelitian tentang otak berkembang dengan cukup pesat 15 tahun belakangan ini. Hal ini didasari juga oleh makin canggihnya instrumen riset terkini. Dahulu penelitian biasanya dilakukan pada pasien yang sudah meninggal dan dibuka otaknya, pasien lobotomi (dibolongin tengkoraknya, lalu invasif mengambil bagian tertentu dari otak) atau hanya sekedar observasi dan wawancara. Misalnya saja, Rene descartes (1596 – 1650) pernah menyebutkan bahwa pineal gland (salah satu bagian otak) adalah sebuah organ yang krusial dalam otak manusia. Ia berpendapat pineal gland adalah pusat dari pertemuan antara mind dan brain.


Pada saat itu pikiran atau mental proses disebutkan sebagai sebuah entitas yang terpisah dari jasad, tidak berwujud dan berada di luar tubuh manusia. Sedangkan otak merupakan entitas yang ada wujud fisiknya. Tubuh atau yang ini diwakili oleh organ otak, tidak bisa berpikir, tidak memiliki dorongan atau belief tertentu. Hal tersebut dimiliki oleh pikiran atau mind. Teori ini disebut sebagai dualism atau bisa juga disebut sebagai Cartesian dualism. Ide tersebut juga muncul didukung dari penemuanny bahwa pineal gland adalah satu satunya bagian otak yang tidak berpasangan. So, its must be special..


Sebaliknya aliran monoism berpendapat bahwa aktivitas mental dan organ otak tidak dapat terpisahkan. Dan hampir semua peneliti neurosains sekarang mendukung teori monoism. Berbagai alat seperti MRI, EEG, PET scan membuat hal tersebut semakin nyata. Para peniliti bisa melihat secara langsung apa yang terjadi di otak ketika manusia memiliki pikiran tertentu, mempertimbangkan keputusan, mengingat masa lalu dan berbagai aktivitas mental lainnya. Pineal gland sendiri sekarang diketahui utamanya adalah untuk memproduksi melatonin atau hormon yang mempengaruhi siklus tidur kita.


Penelitian masih berkembang dan banyak hal yang menarik semakin tersingkap. Sekarang penelitian melebarkan sayapnya, tidak hanya aktivitas mental di otak, tetapi juga meneliti kaitannya dengan aspek pencernaan. Pernah dengar istilah “Your gut is your second brain” atau pencernaanmu adalah otak kedua. Mulai dari jenis makanan, microbiome, leaky gut dan berbagai hal lainnya terkait dengan mental proses di otak kita. Dari sudut lain, ada juga yang berpendapat bahwa jantung juga layak disebut sebagai third brain. Karena ada banyak penelitian yang menyebutkan kaitannya ritme jantung dengan bagaimana manusia berperilaku.


Apapun itu, Mind and Brain Indonesia memliki visi untuk mengajarkan kepada masyarakat bagaiamana organ otak dan pikiran manusia ini bekerja. Hal tersebut diterjemahkan pada misinya untuk dapat membahasnya dalam tatanan praktis, mulai dari pola asuh, isu pasangan, pekerjaan, belajar, atau bahkan sampai pada penanganan gangguan psikologis. Akan tetapi, kami tentunya tidak ingin menyajikan berbagai materi ini hanya untuk akademisi saja, melainkan kepada semua kalangan (amiiinnn). Oleh karena itu, kami akan berusaha untuk menyederhanakan bahasa dan pembahasan menjadi lebih sederhana dan mudah dimengerti.


Kenalan dengan Otak


Sebuah organ yang beratnya hanya sebesar 2 persen dari tubuh kita, namun mengkonsumsi energi 20 % energi. Kalau kita coba kalkulasikan secara sederhana perbandingan antara jumlah organ di tubuh kita dan persentase energi, angka 20 % itu sangatlah besar. Akan tetapi, apa asebenarnya yang dikerjakan satu organ ini? Sampai ia membutuhkan banyak energi. Kita coba bedah garis besarnya yaa.


Otak merupakan pusat kontrol. Kita mungkin tahu fakta tersebut sejak duduk dibangku sekolah dasar, namun kita tidak pernah mendalami seberapa besar kontrol yang dimilikinya. Mulai dari berbagai sensor dari indera kita. Otak merupakan pangkal dari berbagai macam sensory input, yang nantinya akan mempersepsikan apa yang kita terima. Misalnya saja, mata kita menerima gelombang cahaya yang dipantulkan dari sebuah benda (misalnya sebuah gelas) lalu diteruskan ke saraf mata dan diantarkan informasinya ke bagian primary visual cortex yang terletak dipaling posterior otak kita. Dari sana, informasi tersebut baru bisa dinamakan “G-E-L-A-S” setelah juga bekerja sama dengan bagian memori dan bagian pengenalan objek. What if kita tidak pernah melihat gelas sepanjang hidup kita??? Persis seperti adegan film yang booming tahun 1980an berjudul “The Gods Must be Crazy” disutradarai oleh mas Jamie Uys dan diaktori oleh Nǃxau ǂToma yang berasal dari Namibia. Dalam film itu, N!xau yang tinggal di gurun kalahari menemukan sebuah botol coca cola yang dilempar sembarang oleh pilot pesawat kecil yang melintas. Karena belum pernah melihat botol tersebut, membuatnya dan seluruh anggota keluarganya bingung.



Dan kelanjutan ceritanya silahkan tonton sendiri :). Akan tetapi, inilah yang kita sebut dengan “The eyes look, but the brain sees”. Maksudnya adalah, kita bisa mempersepsikan apa yang kita lihat setelah bayangan itu jatuh ke otak kita. Otak kita lah yang menginterprestasikan apa dan dimana benda yang kita lihat tersebut. Jika tidak pernah terekam dan dipelajari oleh otak, maka tidak akan muncul informasi apapun (malah akan membuat kita bingung). Akan tetapi bila sudah pernah kita pelajari, meskipun apa yang kita lihat tidak jelas 100 %, maka kita dapat mempersepsikan itu sebagai nyata adanya. Misalnya kasus penampakan sosok hantu, banyak dari para saksi tidak melihat jelas 100 %, hanya sekelebat, namun ia sangat mempercayai apa yangia lihat ersebut sebagai sosok hantu.


Hal tersebut juga berlaku disemua sistem indera kita. Baik dari perasa, penghidu, pendengaran, dan indera peraba kita. Otak akan menerima dan mengolah apa yang disampaikan dari mereka. Dan sudah bisa ditebak, apabila terjadi kerusakan pada bagian otak tertentu akan mengacaukan bagaimana alur informasi dari indera tersebut. Misal saja, ada orang yang bisa melihat namun tidak bisa menyebutkan benda apa yang ia lihat tersebut. Hal ini bukan disebabkan oleh minimnya pengetahuan, tapi lebih kepada efek tumor atau trauma dikepalanya yang merusak jalur ventral dari pengolahan informasi visual dimana ia bisa melihat namun tidak bisa menyebutkan apa yang ia lihat.


Dan indera ini bekerja tidak ada hentinya, stimulus datang setiap detiknya, tidak hanya diwaktu terjaga, tetapi juga diwaktu terlelap. Bagian otak visual kita tidak idle atau shut down ketika kita tidur, justru pada fase tidur tertentu menjadi lebih aktif, misalnya pada fase tidur REM (Rapid eye movement). Hasil brain imaging menyebutkan bagian visual kita aktif pada saat itu dan banyak laporan yang menyebutkan bahwa ada kaitan yang kuat antara fase tidur REM dengan mimpi. Dan bukankah mimpi adalah imajinasi? Dan imajinasi itu berdasarkan apa saja yang pernah kita lihat?


Lalu, bagaimana dengan fungsi lainnya dari otak?? Kita bahas di tulisan lainnya, keep reading keep learning


Firman Ramdhani, M.Psi., Psikolog.

12 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page