top of page

Prefrontal Cortex

Bagian otak mana yang sangat krusial sifatnya buat manusia? Sebenarnya sulit untuk menjawab ini, karena semuanya saling terkait satu dengan lainnya. Namun, tidak sah rasanya kalau kita tidak menyebut nama Prefrontal Cortex (PFC) menjadi salah satu area otak yang sangat “manusia”. Karena berfungsi sebagai pusat fungsi eksekutif, yang berisi berbagai aktivitas seperti working memory, atensi, pemecahan masalah, mempertimbangkan keputusan, kontrol emosi, cognitive flexibility, dan berbagai hal lainnya.

Terdapat tiga bagian dari PFC, diantaranya adalah dorsolateral prefrontal cortex, orbitofrontal cortex, dan ventromedial prefrontal cortex. Kami akan coba membahas sedikit mengenai ketiga area tersebut.



Dorsolateral Prefrontal Cortex (DLPFC) DLPFC adalah bagian yang terletak di bagian atas PFC, atau dalam penamaan anatomi disebut dorsal. Jadi terbayangkan, mengapa disebut dorsolateral? Kata lateralnya didapat karena area ini menjauh dari garis tengah otak. Lawan dari lateral adalah medial (yang mengarah ke garis tengah otak). Apasih pentingnya bagian ini dalam otak seseorang? DLPFC berfungsi untuk mengatur proses kognitif seperti merencanakan sesuatu, menjawab sebuah persoalan atau problem solving, dan working memory. Bagian ini juga membantu seseorang untuk mengarahkan dan mempertahankan perhatian pada tugas yang sedang dikerjakan. Contohnya, apabila kita sedang mengerjakan tugas di komputer, dan adanya sebuah notifikasi Whatsapp yang berdering. Bagian DLPFC ini akan bekerja keras untuk menghiraukan notifikasi tersebut dan tetap fokus dengan tugas.

Peran DLPFC dalam working memory terlihat dari hubungan hipokampus untuk retrieval dan konsolidasi memori eksplisit jangka panjang. Working memory bekerja seperti RAM di laptop atau handphonemu, dengan “temporary hold and manipulate information for cognitive tasks performed in daily life”. Semua file yang dibutuhkan akan ditumplek-kan agar bisa digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah. Jika DLPFC bermasalah akan menimbulkan masalah di memori jangka panjang serta kesulitan untuk mengintegrasi ekspresi verbal dengan emosi yang dirasakan.

Aktivitas yang rendah pada area DLPFC juga sering diasosiasikan dengan PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder, atau sebuah gangguan mental yang terjadi pada seseorang setelah mengalami kejadian traumatis. Lebih lanjut, seperti yang ditulis di atas, DLPFC dengan aktivitas yang rendah akan membuat seseorang sulit untuk dapat mempertahankan atensinya dalam mengerjakan suatu tugas. Distraksi kecil yang muncul akan mengganggu seseorang yang kadang akan membuatnya menunda tugas yang utama ingin dilakukan. Beberapa penelitian terbaru melihat adanya kelainan pada area DLPFC diasosiasikan dengan gejala OCD, atau Obsessive Compulsive Disorder, yaitu adanya keraguan berlebihan sehingga melakukan tindakan secara berulang kali.

Oleh Devina Faustanisa

Sumber :

  • Dahlitz, Matthew (2017). The Psychotherapist’s Essential Guide to The Brain. Brisbane : Dahlitz Media.


Ventromedial Prefrontal Cortex (VMPFC) VMPFC merupakan salah satu bagian dari prefrontal cortex yang terlibat dalam berbagai fungsi sosial, kognitif, dan afektif. Bagian dari PFC ini terhubung sangat baik, menerima dan mengirimkan berbagai informasi yang mempengaruhi banyak wilayah di otak kita. Koneksi vmPFC ke amygdala, temporal lobe, ventral segmental area, olfactory system, dan thalamus membantu kita membuat suatu keputusan berdasarkan gambaran yang lebih besar yang terkumpul dari koneksi tersebut. Jika kita melihat kehidupan sehari-hari, tentunya hidup kita ini akan selalu dihadapkan dengan berbagai macam pilihan yang memiliki berbagai konsekuensi, dalam hal ini VMPFC lah yang akan membantu kita untuk dapat membuat penilaian terhadap konsekuensi yang akan di dapat dan mengambil keputusan dalam memilih satu diantara berbagai pilihan yang tersedia tersebut. Selain itu, bagian otak ini juga membantu kita untuk terhindar dari pengambilan keputusan berulang pada suatu kejadian yang memiliki konsekuensi negatif. Dengan kata lain, vmPFC ini berperan penting dalam kemampuan kita untuk belajar dari kesalahan.

Kemudian, VMPFC melalui koneksinya dengan ventral striatum dan amygdala dapat membantu kita untuk membuat keputusan berdasarkan value diri. Misalnya, setelah lulus kuliah S1 kita dihadapkan pada berbagai pilihan, seperti akankah langsung mencari pekerjaan, menikah, melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, dan masih banyak lagi. Pilihan yang kita pilih ini tentunya berbeda-beda karena akan disesuaikan dengan value yang tertanam dalam diri kita masing-masing. Kerusakan pada bagian vmPFC menunjukkan gangguan parah dalam mengambil keputusan berbasis value yang dibuktikan dari pengamatan terhadap pasien klinis. Hal ini pertama kali diketahui di laboratorium dengan gambling task yang mengharuskan subjek belajar tentang reward dan punishment dalam kondisi yang berisiko, ambiguitas, dan kemungkinan yang berbalik.

Selain berperan dalam pengambilan keputusan pribadi dan sosial, VMPFC juga memiliki peran dalam regulasi emosi negatif, melalui koneksinya dengan amygdala, bed nucleus of stria terminalis, periaqueductal gray, hippocampus, dan dorsal anterior cingulate cortex. Sehingga aktivasi VMPFC juga terkait dengan keberanian, kontrol emosi negatif, kasih sayang, rasa malu, dan rasa bersalah. Koneksinya dengan OFC juga berperan penting dalam mengatur emosi kita, terutama dalam situasi sosial. Sesederhana saat kita sedang berdiri di suatu antrian dan tiba-tiba ada orang yang baru datang mendahului antrian kita, namun kita tetap bersikap baik dan sopan, dalam artian tidak memaki meskipun dalam keadaan kesal, kontrol perilaku dan pengambilan keputusan atas sikap yang kita tunjukkan tersebut bisa terjadi karena aktifnya bagian otak ini.

Berbagai penelitian telah membuktikan aktifnya bagian VMPFC ini dalam kaitannya dengan regulasi emosi atau penghambatan emosi negatif, namun ada juga bukti bahwa VMPFC berperan dalam pembentukan emosi negatif. Hal ini sudah sejak lama ditetapkan, bahwa manusia dengan kerusakan VMPFC tidak menunjukkan peningkatan pengaruh negatif, seperti ketakutan, kecemasan, atau rasa bersalah. Efek ini mungkin tergantung pada kerusakan pada subjacent white matter, karena penelitian pada monyet menunjukkan bahwa lesi VMPFC yang melibatkan white matter mengurangi respons ketakutan yang diakibatkan oleh ancaman, sedangkan lesi VMPFC yang menyisakan white matter dapat meningkatkan respons ketakutan.

VMPFC juga terlibat dalam sejumlah fungsi kognitif sosial, seperti pengenalan emosi wajah (facial emotion recognition), theory of mind ability, dan pemrosesan informasi yang relevan dengan diri sendiri (self-relevant information) melalui koneksinya dengan posterior cingulate cortex, precuneus, dorsomedial prefrontal cortex, and amygdala. Hal ini ditemukan pada pasien dengan kerusakan vmPFC yang menunjukkan defisit empati dan pengenalan emosi wajah. vmPFC juga secara konsisten aktif dalam studi fMRI manusia tentang kognisi moral, dan kerusakan pada wilayah ini menghasilkan penyimpangan dalam penilaian moral.

Oleh Pratiwi Utami.

Sumber :

  • Dahlitz, Matthew (2017). The Psychotherapist’s Essential Guide to The Brain. Brisbane : Dahlitz Media.

  • Hiser, Jaryd dan Michael Koenigs. (2019). The multifaceted role of ventromedial prefrontal cortex in emotion, decision-making, social cognition, and psychopathology. Biol Psychiatry, 83(8): 638–647. doi:10.1016/j.biopsych.2017.10.030

Orbitofrontal Prefrontal Cortex (OFC) Bagian lain dari Prefrontal cortex lainnya adalah Orbitofrontal Cortex (OFC). OFC ini terletak di bagian paling depan otak yang memiliki koneksi pada area sensorik serta struktur sistem limbik sehingga melibatkan emosi dan juga memori. OFC memiliki kegunaan dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi emosional. OFC juga memainkan peran utama dalam membentuk keterikatan sosial dan mengatur emosi. Informasi sosial diproses dan digunakan untuk membimbing manusia dalam melakukan interaksi sosial. Misalnya, kemampuan kita dalam memahami lelucon yang dilontarkan oleh teman kita. OFC ini dapat membantu kita untuk memprediksi reaksi orang lain dan mengatur perilaku kita sesuai. OFC juga terlibat dalam memainkan peran penting dalam emosi. Seperti disebutkan di atas, OFC saling berhubungan dengan struktur sistem limbik seperti amigdala, yang berkaitan dengan pengalaman emosi. Dijelaskan bahwa OFC terlibat pada perubahan tubuh yang berkaitan dengan emosi (misalnya perasaan gugup di perut dan peningkatan keringat yang terkait dengan kecemasan). Seperti area lain dari PFC, OFC memiliki hemisfer yang berbeda. OFC kiri dikaitkan dengan emosi positif, sedangkan kanan OFC dikaitkan dengan lebih banyak emosi negatif.

Informasi yang mencapai korteks orbitofrontal mencakup informasi tentang wajah, dan kerusakan pada korteks orbitofrontal dapat mengganggu identifikasi ekspresi wajah (dan suara). Manusia yang menderita kerusakan pada korteks orbitofrontal (OFC) sering digambarkan sebagai impulsif. Contoh paling terkenal adalah Phineas Gage, seorang pekerja kereta api, yang pada tahun 1848 menderita kerusakan lobus frontal yang parah ketika batang besi panjang diproyeksikan melalui tengkoraknya setelah ledakan yang tidak disengaja. Gage selamat, tetapi dilaporkan mengalami perubahan kepribadian yang ekstrem, termasuk peningkatan perilaku yang tidak pantas (impulsif). Gangguan kepribadian borderline merupakan dampak yang terjadi apabila bila seseorang mengalami disfungsi pada korteks orbitofrontal (Schore, 2012).

Oleh Nadia Luthfi Khairunnisa, S.Psi.

Sumber :

  • Dahlitz, Matthew (2017). The Psychotherapist’s Essential Guide to The Brain. Brisbane : Dahlitz Media

  • Rolls, E. T. (2004). The functions of the orbitofrontal cortex. Brain and Cognition, 55(1), 11–29. doi:10.1016/s0278-2626(03)00277-x

1.432 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page