Dilema vaksinasi COVID-19 di Indonesia sepertinya menjadi babak baru bagaimana masyarakat merespon pandemi yang terasa tak kunjung usai. Ada kubu yang sangat pro dengan vaksinasi, sementara di ujung kutub lainnya ada yang sangat kontra dengan vaksinasi. Terjadinya dikotomi seperti ini tidak terlepas dari kuatnya faktor-faktor psikologis, beberapa diantaranya conscientiousness dan emotional stability (1). Mereka yang memiliki trait conscientiousness adalah mereka yang memiliki sifat yang taat dengan aturan dan memiliki disiplin diri yang baik. Yang mempengaruhi mereka untuk mengikuti anjuran yang berlaku, termasuk mendorong mereka tetap berjuang untuk bisa kembali normal. Dimana ini didukung oleh stabilitas emosi yang membuat mereka tidak impulsif mengikuti berbagai hoax termasuk menjadi tangguh. Namun, ada juga penelitian lain yang menemukan bahwa mereka yang memiliki purpose of life yang besar lebih bersedia untuk di vaksinasi, bahkan ketika memperhitungkan variabel penting lainnya seperti ras, status sosial ekonomi, afiliasi politik, dan kesejahteraan psikologis. Dengan kata lain, di atas dan di luar segalanya, tujuan hidup seseorang secara unik terkait dengan kesediaan mereka untuk mendapatkan vaksin COVID-19 (2).
Apa sebenarnya purpose of life tersebut ? McKnight & Kashdan (2009) menyebutkan “Purpose has been defined as ‘a central, self-organizing life aim that organizes and stimulates goals, manages behaviors, and provides a sense of meaning” (3). Temanya berkutat pada goal setting bagaimana individu mengatur dan mengukur target serta menunjukkan direction atau arah yang tepat. Kadang juga disebutkan purpose berfungsi seperti mercusuar yang berada di pinggir pantai (4).
Jika bisa kita visualisasikan, mereka yang memiliki purpose of life atau tujuan hidup yang kuat akan sangat terarah dalam hidupnya. Dia tau apa dan bagaimana mengejar target yang ia inginkan. Tentunya bukan sembarang target, melainkan yang didasari value yang ia anggap penting, sehingga dapat apa yang ia lakukan terasa bermakna. Dan ketika terdapat batu sandungan atau rintangan dalam meraihnya, ia tetap akan bergerak dan berjuang. Dengan deskrispsi singkat tersebut, apakah itu Anda ? atau siapa yang terlintas dipikiran Anda ?.
Melanjutkan penelitian mengenai vaksinasi COVID-19, Dr. Anthony Burrow (2) menyatakan bahwa hubungan antara adanya tujuan hidup dan kesediaan untuk divaksin dapat dilihat dari beberapa hal, misalnya orang yang memiliki tujuan hidup ingin kembali bekerja dan melanjutkan aktivitas mereka. Pandemi mengacaukan berbagai goals atau target yang mereka rancang dan tujuan hidup adalah hal yang membuat mereka semangat untuk kembali normal. Tujuan hidup akan mendorong komitmen seseorang untuk bisa meraih apa yang dia inginkan dan melanjutkan kembali kehidupan mereka.
Kurang lebih kondisinya sama seperti ketika kamu sangat menyukai hobi tertentu. Kamu rela menguras sumber daya ( uang, waktu, tenaga) hanya untuk bisa melakukannya. Zaman kuliah saya bisa saja bermain futsal di Sunter padahal rumah saya ada di ujung Jakarta Selatan. Yes.. Hanya untuk menyalurkan hobi. Ketika terhadang hujan deras, tak terbesit sedikitpun pikiran untuk pulang. Kuatnya komitmen untuk datang ke pertandingan mengalahkan banyak hal. Bagaimana denganmu ? pernahkah mengalami hal serupa ?.
“Purpose in life predicts both health and longevity suggesting that the ability to find meaning from life’s experiences, especially when confronting life’s challenges, may be a mechanism underlying resilience. Having purpose in life may motivate reframing stressful situations to deal with them more productively, thereby facilitating recovery from stress and trauma” (5)
Banyak sekali penelitian yang mengaitkan tujuan hidup dengan berbagai sepek psikologis lainnya. Salah satunya adalah dengan resiliensi yang memang menjadi salah satu indikator penting untuk kita bisa bertahan pada masa pandemi yang sulit seperti ini. Butuh kekuatan mental untuk tetap berdiri meskipun sudah jatuh tersungkur beberapa kali, inilah yang disebut menjadi resilien (tahan banting). Kekuatan tersebut akan menjadi modal utama menghadapi badai stressor yang tak kunjung berhenti. Pada akhirnya bisa menjadi prediksi kesehatan dan harapan hidup seseorang.
Terlepas dari isu vaksinasi COVID-19, pernahkah kamu bertanya apa sebenarnya tujuan hidupmu ? Apa yang kamu cari selama ini ? Apa yang membuatmu rela berpeluh kesah dan membanting tulang ?.
Oleh Firman Ramdhani, M.Psi., Psikolog dan Tiara Rizkyana
Referensi :
Lin and Wang, 2020, F.Y. Lin, C.H. Wang, Personality and individual attitudes toward vaccination: a nationally representative survey in the United States. BMC Publ. Health, 20 (2020), pp. 1-8.
Hill, Patrick L., et al. 2021. Sense of purpose in life predicts greater willingness for COVID-19 vaccination. Social Science & Medicine, Volume 284, September 2021, 114193.
McKnight, P. E., & Kashdan, T. B. (2009). Purpose in life as asystem that creates and sustains health and well-being: Anintegrative, testable theory. Review of General Psychology, 13, 242–251.
Hill, P. L., Burrow, A. L., & Sumner, R. A. (2013). Addressing important questions in the field of adolescent purpose. Child Development Perspectives, 7, 232–236.
Schaefer, Stacey M., et al. 2013. Purpose in Life Predicts Better Emotional Recovery from Negative Stimuli. PLoS One. 2013; 8(11): e80329. Published online 2013 Nov 13. doi:10.1371/journal.pone.0080329 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3827458/
Comments